Pertempuran memang sudah berakhir, keadaan memang sudah kembali damai. Ketenangan memang sudah terasa di Soul Society. Tapi, bukan berarti ancaman tidak akan kembali, bukan berarti kedamaian ini akan berlangsung untuk selamanya. Salah, peperangan tadi hanyalah sebuah ancaman bagi Soul Society, hanyalah sebuah tamparan untuk para shinigami agar mereka sadar telah berdiri musuh yang kuat di atas mereka, musuh yang telah dianggap musnah pada ratusan tahun lalu.
Hitsugaya, salah satu shinigami yang harus kehilangan Bankainya karena kegegabahannya itu, kini mulai latihan mengayunkan pedang tak bernama, mulai mengasah kemampuannya mulai dari dasar. Hisagi, sang Kyuubantai Fukutaichou juga mulai dilatih oleh sang taichou bersama dengan Kuna Mashiro, sang Super Kyuubantai Fukutaichou –Cuma sebutan Mashiro sendiri sih—untuk mengasah bankainya.
Komamura juga tak tinggal diam. Sang Sichibantai Taichou itu mencoba menemui seseorang(?), mahkluk yang sudah lama tidak dia temui, mahkluk yang sangat dia hormati, mahkluk yang mempunyai reitai yang sama seperti Komamura.
Kaki komamura berhenti di gelapnya gua yang tak mendapat terpaan secercah cahaya sedikitpun.
“Sudah lama sekali, Oojiji-sama.” Ucap sang taichou menimpali sebuah suara yang masih terdengar samar karena bergema. Kini, di depannya berbaring makhluk yang luar biasa besar, tubuhnya terlihat sangat besar, jauh lebih besar dari Komamura sendiri, taichou itu hanyalah seukuran satu kuku tajam untuk sang makhluk berbentuk anjing itu. Telinga dan mata kanannya terluka, pun begiitu, matanya masih bisa menatap dalam Komamura.
“Sajin? Berani juga kau menunjukkan wajah di depanku lagi.” Ucapannya terdengar begitu kasar, seakan dia telah bersumpah dalam hidupnya untuk tidak bertemu dengan Komamura. “Sebut apa maumu.”
Komamura terdiam agak lama, namun tubuhnya masih berdiri, seolah dia telah mempersiapkan dirinya untuk mendapatkan amarah sang kakek moyangnya. Perlahan, tubuh sang taichou itu merendah, berlutuh dihadapan sang mahkluk yang maha raksasa. Walaupun sebenarnya, berdiri saja, tubuh besar Komamura sudah terlihat kecil baginya.
“Buyut, saya ke sini ingin mewarisi teknik rahasia klan.” Ucap Komamura sembari bersujud.
Mendengar hal itu, sang Oojiji-sama menajamkan pandangannya. Mulutnya langsung terluka lebar, mengaum dengan begitu kerasnya, memamerkan gigi-gigi taringnya yang terlihat begitu putih di tengahnya kegelapannya. Suaranya begitu menggelegar dalam ruangan sempit itu. Dinding gua yang terbuat dari tanah ikut bergetar pelan seakan ingin runtuh tak kuat menahan lolongan sang makhluk berkaki empat itu.
“Jangan bercanda.” Sang Oojiji-sama mulai naik pitam. “Kau, yang malu dengan penampilan klan kita, sampah yang membungkus wajahnya dan berpura-pura jadi seperti manusia. Sekarang, kau beraninya menunduk di hadapanku?”
“Seperti yang bisa dilihat,saya sudah membuang topeng itu!” Jawab Komamura tanpa melupakan merendahkan dirinya. “Beberapa dekade ini... dunia perlahan berubah. Aku bisa merasakannya, berubah menuju kemajuan. Berubah menjadi dunia di mana klan kita tak lagi perlu menyembunyikan penampilannya. Dan sekarang!-- ”
“—Dunia itu sedang dalam bahaya besar!” Tak seperti sebelumnya. Komamura kini mulai memberanikan diri. Kelancangannya mulai masuk dalam tubuhnya. Mulut yang sedari tadi dia jaga, kini mulai berteriak, seakan tak mau kalah untuk memamerkan taring-taring tajamnya
“Konyol!!” Teriakan Oojiji-sama kali ini jauh— jauh lebih menggelegar dari dari lolongan yang sebelumnya. Entah, seakan amarah telah sampai ke ubun-ubunnya. Bahkan Komamura sempat tersentak dan langsung terdiam mematung setelah itu.
“Kau kelihatannya salah mengerti. Dunia itu tak akan pernah berakhir. Yang berubah hanyalah... yang bertanggung jawab mengurusinya. Kita juga tak akan pernah berubah.” Lanjut Oojiji-sama dengan pandangan yang sangat dalam, bola matanya yang tertutup karena memicing itu terlihat penuh dengan kebencian, penuh dengan kedustaan. Taring-taringnya terentak saat berucap karena kemarahannya. “Siapa pun yang akan mengendalikan dunia ini, kita cukup menyembunyikan diri dan terus hidup.”
“Justru maksud saya adalah, kita tak perlu seperti itu! Demi generasi masa depan kita. Kita bisa mengubah pandangan itu!” Ucapan Komamura masih terdengar begitu keras, namun tak sekeras bentakan sebelumnya.
“Tidak ada yang akan berubah. Dan tidak ada yang perlu diubah. Apa pun yang terjadi pada dunia ini, Itu bukan urusan kita.” Sang Oojiji-sama itu masih berpegang teguh pada pendiriannya.
“OOJIJI-SAMA!” Teriak Komamura sekeras-kerasnya.
“Kau kelihatannya salah mengerti. Dunia itu tak akan pernah berakhir. Yang berubah hanyalah... yang bertanggung jawab mengurusinya. Kita juga tak akan pernah berubah.” Lanjut Oojiji-sama dengan pandangan yang sangat dalam, bola matanya yang tertutup karena memicing itu terlihat penuh dengan kebencian, penuh dengan kedustaan. Taring-taringnya terentak saat berucap karena kemarahannya. “Siapa pun yang akan mengendalikan dunia ini, kita cukup menyembunyikan diri dan terus hidup.”
“Justru maksud saya adalah, kita tak perlu seperti itu! Demi generasi masa depan kita. Kita bisa mengubah pandangan itu!” Ucapan Komamura masih terdengar begitu keras, namun tak sekeras bentakan sebelumnya.
“Tidak ada yang akan berubah. Dan tidak ada yang perlu diubah. Apa pun yang terjadi pada dunia ini, Itu bukan urusan kita.” Sang Oojiji-sama itu masih berpegang teguh pada pendiriannya.
“OOJIJI-SAMA!” Teriak Komamura sekeras-kerasnya.
0 comments:
Post a Comment