Thursday, June 6, 2013

Alur Cerita Bleach 540 : The Sword Five




Alur Cerita Bleach 540 : The Sword Five



Disclaimer : Tite Kubo
Teks Versi oleh Bleach Indonesia

Sebelumnya : Alur Cerita Bleach Chapter 539

Para shinigami mulai menyadari
akan kelemahan dirinya. Mereka
mulai mengerti akan
ketidakberdayaan mereka saat
melawan para Quincy. Mereka
mulai memaksa dirinya untuk
berlati. Mereka mulai mencoba
melangkahkan kakinya dari
ketertinggalan. Memang, tak ada
yang bisa dilakukan oleh mereka
sekarang, kecuali berlati dan
meningkatkan kemampuan mereka.
Tak ada tahu kapan para musuh
akan menyerang, tak ada yang
mengerti bagaimana para musuh
akan menyerang nanti. Begitu juga
yang terjadi dengan Ichigo. Kini
saat baginya untuk meningkatkan
kemampuannya. Mendapatkan
kembali kekuatannya.
Setelah Ichigo mendapatkan
sosok yang di pilih untuk menjadi
asauchinya, dia diajak oleh
Nimaiya, ke suatu tempat. Aneh,
mereka menuruni sebuah tempat
dengan meluncur di dalam pipa
besar yang terhubung jauh ke
dalam dasar gubuk kecil milik
Nimaiya. Ketiganya mendarat –
Nimaiya, Ichigo dan sang Asauchi—
Nimaiya menapakkan kakinya
dengan mulus di atas tanah.
Namun, Ichigo dan Asauchinya tak
bernasib sama, wajah Ichigo
menghantam tanah terlebih dahulu,
alih-alih mendarat dengan kakinya.
“Kau tak apa-apa, Ichigo-chan?”
Ucap Nimaiya dengan gaya rape-
nya. “Padahal sudah kubilang kalau
jalan itu berbahaya, tapi kau masih
mau maju duluan! Aku bisa melihat
sisi kepahlawananmu, Ichigo-
chan!”
“Kau yang menendangku duluan,
tahu!” Protes Ichigo.
“Sama sajalah, ada yang lebih
penting sekarang yo! Lihat!”
Ichigo langsung berhenti berucap,
dirinya baru sadar akan dinding-
dinding air yang mengelilinya
tempat dirinya berdiri sekarang
itu.
“Ada alasannya kenapa Istana
Feniks ada di pinggir tebing yo!
Kalau tak ada semua air ini, tak
bisa memulihkan bankaimu!” Lanjut
sang Royal Guard. “Dan
bersiaplah Ichigo-chan, saat ini
kau harus mengucapkan sayonara
pada Zangetsu!”
Ichigo tak mengerti apa yang
dikatakan oleh Nimaiya. Namun,
sebelum pemuda berambut orange
ini melontarkan pertanyaan. Sang
Royal Guard langsung berteriak.
“Yoo semuanya! Acaranya sudah
mau mulai!” Masih dengan gayanya
yang melekat. “Welcome to my
SHOW!!!”
Wajah penasaran Ichigo langsung
tergantikan oleh ekspresi aneh,
setelah melihat tingkah dan gaya
Nimaiya yang benar-benar
memalukan. Tiba-tiba muncul lima
orang dari belakang Ichigo,
melompat begitu saja melewati
Ichigo dan si Asauchi. Dan,
langsung mengarah pada Nimaiya.
Tidak, mereka tidak mendarat di
tanah di samping sang Royal
Guard itu. Melainkan, mereka
mendarat tepat pada tubuh sang
tuan, membuat laki-laki dengan
gaya rock itu terkapar begitu saja
di atas tanah.
“Pasukan khusus pengawal
Nimaiya sudah tiba di lapangan!!”
Teriak mereka bersemangat.
Mereka berlima semuanya
perempuan. Satu diantara adalah
yang menjemput Ichigo dari dunia
manusia sebelum ini, seorang lagi
terlihat seperti anak kecil. Yang
satu lagi berambut hitam-lurus-
sebahu dengan wajah yang
terkesan sedih. Satu lagi
perempuan yang selalu terlihat
bersemangat dengan ramput
panjangnya yang dikuncir dua.
Yang terakhir perempuan
beramput hitam lurus dan panjang,
wajahnya sedikit tertutup oleh
poni panjangnya, balutan perban
yang melilit menutupi mulutnya itu
juga membuat perempuan satu ini
terkesan menakutkan.
Ichigo masih belum mengerti
kenapa mereka muncul tiba-tiba
seperti itu. Tapi....
“Kenapa bengong, tadi kubilang
"semuanya", jadi kau juga ke sini...
Asauchi.” Ucap Nimaiya yang
masih terkapar di tanah.
Dan tiba-tiba tubuh sang Asauchi
melebur, menuju ke hadapan
Nimaiya. Tanpa diperintah,
perempuan-perempuan itu mulai
melakukan tugasnya. Mereka
sangat cepat, seakan menunjukkan
tak ada yang bisa menandingi apa
yang dilakukan oleh mereka
sekarang.
Mera, perempuan yang menjemput
Ichigo itu menghantamkan kepalan
tangannya satu-sama lain,
menciptakan percikan api kecil di
sana. Dan dengan sekali tiupan
kencangnya, sebuag bara api
langsung tercipta di sana,
membakar asauchi yang sudah
melebur sebelumnya.
“Ya ampun, menyedihkan sekali
mengotori tangan kita dengan hal
merepotkan begini lagi....” Ucap
salah satu yang lain, perempuan
berambut hitam-sebahu—Namanya
Tokie—, sambil meneteskan air
mata. “Buruk sekali...”
Tapi, tetap saja tangannya masih
bekerja, menuangkan air pada
wadah dipegang oleh perempuan –
bocah—bertubuh kecil.
“Mengotori tangan?! Ini pekerjaan
kita, Tokie-san! Pe-ker-ja-an!”
Ucap anak kecil itu protes,
walaupun itu tidak perlu, ‘sih!
“Siaaap?! Yak! Hooooi Satoo!
Ambil nih!!”
Lalu, yang lain tidak tinggal begitu
saja. Perempuan berambut panjang
yang dikepang—Namanya Sato—
itu langsung mengambil asauchi
yang sudah memadat lagi –dia
mengambil dengan rambutnya yang
dikepang itu—dan memberikannya
pada Nimaiya.
Perempuan yang terakhir, tiba-
tiba mengendorkan lilitan perban
yang menutupi mulutnya. Tetiba
langsung mencabut gigi geraham
atasnya. Tak akan ada yang
mengerti apa yang sedang
dilakukannya. Namun, seketika
itupula geraham kecil itu langsung
berubah menjadi palu hitam.
Perempuan itu lalu mendekati
Nimaiya, dan menyerahkan palu
dengan pegangan panjang itu pada
sang tuan.
Nimaiya tak langsung menerimanya.
Salah satu anggota Royal Guard
ini membuka haori(?)-nya,
menyisakan shikakushou tak
berlengan layaknya shinigami
biasa. Bahkan dia juga melepas
kacamata yang selalu bertengger
di atas hidungnya itu. Mengikat
rambut kribonya agar tak
mengganggu pekerjaan pentinynya
setelah ini.
“Kalau begitu, waktunya bekerja.”
Ucapnya pelan, dengan pandangan
mata yang begitu serius.
Dentuman saat palu dan kepingan
asaushi beradu mulai terdengar
begitu keras. Ichigo hanya bisa
melihat bagaimana sang pencipta
zanpakutou melakukan
pekerjaannya.
“Mikirin apa? Chan-Ichi.” Tiba-
tiba sang penempa zanpakutou itu
bertanya di tengah sibuknya.
“Bukan apa-apa. Cuma... bukannya
lebih baik kau pakai kacamata
hitammu daripada melepasnya.”
Jawab Ichi. “Chan-ichi?” Gumam
Ichigo pelan, menyadari kalau
namanya dipanggil terbalik.
“Bodoh! Kalau pakai kacamata
hitam mana bisa kulihat warna
percikan apinya?!”
Setelah terdiam cukup lama,
Nimaiya mulai melihat kalau Ichigo
menyadari sesuatu.
“Kau sadar, Chan-Ichi?”
Gumamnya memancing. “Alasan
kenapa Asauchi ini berwarna putih
begitu disentuh olehmu.”
“...Tidak...”
“Tak terpikir begini? "Warnanya
seperti hollow yang ada dalam
diriku."”
Perkataan Nimaiya itu membuat
Ichigo terdiam. Otak dalam
kepalanya mulai sedikit mengerti.
Namun, mulutnya masih terkunci
untuk bicara.
“Yup. Dia ini sisi hollow-mu.
Asauchi-nya seperti ini untuk
menarik sisi zanpakutou-mu.”
Lanjut Nimaiya membenarkan
ekspresi Ichigo. “Ngerti? Hollow
ini adalah zanpakutou-nya Chan-
Ichi. Hollow yang dibuat Aizen dari
mengumpulkan roh shinigami,
disebut 'Putih'. Anehnya,
komposisinya sama dengan
asauchi bikinanku. Hollow ini masuk
ke dalam Chan-Ichi dan menyatu
dengan kekuatan shinigami-mu.
Dialah bentuk zanpakutou-mu
yang sebenarnya.”
“Tunggu... Artinya...” Ucapan Ichigo
masih sedikit ragu.
“Yep... Kau harusnya sadar...
Sampai sekarang, dia ada dalam
jiwamu, berpura-pura jadi
zanpakutou-mu!”
Di tengah keterkejutannya. Ichigo
langsung terseret ke dalam inner-
world-nya. Tempat dimana
zanpanya selama ini bersemayang.
Tempat dimana gedung-gedung
tertata dengan terbalik di sana.
Tepat di depan Ichigo, berdirilah
seorang laki-laki dengan jubah
hitamnya. Laki-laki yang telah
bertarung dengan Ichigo sejauh ini.
Laki-laki yang telah mengajarkan
Ichigo bagaimana memegang
gagang zanpakutou.
“Paman” Gumam Ichigo pelan.
“Zangetsu...”
“Chan-Ichi, kau tahu dia siapa.”
Suara Nimaiya tiba-tiba terngiang
di telingan Ichigo.
“Jelas. Dia Zange--” Jawab
Ichigo.
“Salah~” Sang penemu zanpakutou
itu memotong ucapannya. “Coba
lagi. Lihat yang benar. Ayolah. Kau
harusnya paham. Orang yang
berdiri di depanmu. Sudah pernah
kau lihat langsung dengan mata
sendiri.”
Ichigo tak mengerti apa yang
diucapkan oleh Nimaiya, benar-
benar tidak mengerti. Namun,
ketika matanya memicing, melihat
dengan ketelitiannya. Matanya
pemuda ini mendadak membelalak,
terbuka lebar karena baru saja
melihat kenyataan lain yang harus
dia terima. Yang berdiri di
depannya itu memanglah zangetsu
yang dia kenal. Pak tua yang
meminjamkan kekuatannya di saat
Ichigo bertarung. Namun, dia
jugalah sang raja bagi para
Quincy, sosok yang telah
menghancurkan Soul Society.
Sang Quincy yang telah membunuh
sang Soutaichou. Mata Ichigo tak
bisa berkedip, bagaimana bisa dia
baru menyadari kalau sosok yang
telah menjadi partner-nya selama
ini adalah seorang musuh.
Bagaimana mungkin...
“Dia pria yang melibas Soul
Society!!” Ucap Nimaiya
menyakinkan. “Pria itu bukan
"kekuatan shinigami"-mu. Dia
"kekuatan Quincy"-mu. Yang di
depanmu itu adalah Juha Bach,
ribuan tahun yang lalu.”

0 comments:

Post a Comment

senjunaru.inc. Powered by Blogger.